Search This Blog

Saturday, September 7, 2019

Hijrah, Perjalanan Menuju Mahabbah

hijrah-perjalanan-menuju-mahabbah
sumber gambar dari google

Hijrah, Perjalanan Menuju Mahabbah



Hijrah adalah sebuah proses perjalanan dari kegelapan menuju terang benderang. Dari kebatilan menuju kebenaran. Perjalanan menuju mahabbah, cinta pada Allah semata. 

Bukankah alasan terbaik setiap perbuatan adalah rasa cinta ? So, semua rasa akan melebur dalam satu pusat saja. Cinta pada Allah. Sedang cinta pada Allah ini dapat kita wujudkan melalui perbuatan yang terakses oleh indra. Urusan hati, itu Allah yang punya otoritas..

Well, gaes.. Bicara tentang hijrah ini pun sempat dibahas oleh Drs. Arimbi, M.Pd.I dalam acara Peringatan Muharam di sekolah kami Jumat kemarin, 6 September 2019. Ustad Arimbi dengan lugas menjelaskan tentang kewajiban semua umat untuk belajar, menimba ilmu agar kehidupan lebih baik. Hijrah dari tidak tahu menjadi tahu. So, kita bisa menjalani hidup dengan harmonis. Tidak kurang dan tidak berlebihan. Menjadikan hidup lebih indah dengan pengetahuan.

Ustad Arimbi yang murah senyum ini dengan gamblang menggambarkan tentang hijrah yang membawa kedamaian bagi seluruh umat. Dengan gayanya yang dekat dengan anak – anak, beliau membawa anak – anak lebih memahami tentang cinta pada Allah melalui cinta pada Rasulullah. Nabi Muhammad saw dan keluarganya. Shalawat. Allahuma Shali ala Muhammad wa ala Ali Muhammad.

Bulan Muharam merupakan bulan Allah di mana diharamkan atasnya berbuat kebatilan. Dan, keutamaanya berbuat kebaikan di bulan ini juga disampaikan oleh Ust. Arimbi, yaitu:
  1. Puasa Tasua dan Assyura, 9 dan 10 Assyura
  2. Perbanyak beramal baik, seperti sedekah pada anak yatim
  3. Puasa sunah sehari di bulan Muharam dapat menghapus dosa setahun
Pointnya sih, Ust Arimbi mengajak kita semua untuk meningkatkan rasa cinta pada Allah dan Rasul serta keluarganya agar hubungan kita pada sesama lebih baik. 

Bandar Lampung, 7 September 2019

Saturday, March 2, 2019

Berpikir Ulang Sebelum Bicara

berpikir-ulang-sebelum-bicara



Hari ini aku dan kamu menjalankan tugas kami dengan semangat. Kami bicara banyak dalam perjalanan di dalam mobil. Jujur saja, ada beberapa hal yang kukatakan sepanjang beberapa menit itu membuat dahiku berkerut. 

Maksudku, aku tak begitu senang saat memutar ulang dan mendengarnya lagi. Baiklah, mungkin kamu bingung dengan yang kuceritakan. Tapi, aku akan gambarkan sedikit yang kukatakan itu tidak menggambarkan seorang teman. Hingga aku pun jadi sedikit malu menceritakan padamu. 

Untungnya, aku menyadari bahwa ceritaku mungkin dapat membuatmu tahu, bahwa aku hanya manusia biasa yang sering khilaf. Sama seperti kamu. Okey, supaya tak berlama - lamu, kan kubeberkan kejadian hari ini padamu sambil berdoa kamu tak pernah baca ini.

Jam sudah menunjukkan angka dua belas saat aku sampai di rumahmu. Seperti biasa, kau tidak menghargai waktu janji kita. Kau bahkan tidak ada di rumahmu. Yang ada di rumahmu hanya tante.mu serta dua anakmu, sebut saja namanya Bumi dan Bulan. So, aku ngobrol ngalor ngidul dengan tantemu. Dan seperti biasa, aku berceloteh hal - hal yang jika kupikir ulang, tidak penting. Tapi, habit dies hard. ,

Anyway, aku terus mengobrol dengan tante mu meski aku tahu ia kecapean. Ia seorang satpam yang tugas malam sebelumnya Okey, dont judge me. Aku sudah bilang padanya supaya jojong aja istirahat. Tapi ia (tantemu) sepertinya tidak enak. Ia tetap duduk di sampingku meski terus menguap di depan mataku. 

Well, aku nggak bisa maksa ia untuk istirahat kan. Jadi ya itu, aku terus ngomong. Aku itu punya habit untuk ngomong terus untuk membunuh rasa bosanku. Dulu, sih sering temenku bilang lebih baik ndengerin aku daripada denger lagu di radio. Entah, rasanya kok kayak nyindir ya? Tapi, ya gimana? Habit. Sekarang sih, 

Alhamdulillah. Tambah parah. Teman - temenku nggak percaya kalau kubilang aku bilang aku itu pendiem. Sebenernya. Oh, okey terserahlah ya, yang penting nggak ganggu orang. Kalau terganggu kan mereka (temen-temenku) nggak betah deket aku. Tapi bisa juga terpaksa ya (tepok jidat). Okey, kembali ke temenku yang satu ini. Jujur sih, aku tuh udah kenal dia sejak 2009. Sudah 10 tahun.