Search This Blog

Saturday, August 2, 2025

Bangga dengan Pencapaian Diri yang Sederhana

bangga-dengan-pencapaian-diri-yang-sederhana


"Ah, aku sih apa. Beda dengan dia yang hebat banget. Anak orang kaya, pintar, dan cantik lagi. Paket lengkap." Keluh seorang teman. 

Ia terlihat frustasi. Bos tempatnya bekerja marah, karena pekerjaan yang dilakukan nggak sesuai ekspektasi.

Padahal, aku tahu bahwa temanku ini sudah berusaha semampunya. Aku pikir, seharusnya ia sudah belajar bangga dengan pencapaian diri yang sederhana.

Nggak perlu mengecilkan apa pun yang sudah diperjuangkan dan diraih dengan sekuat tenaga. Karena, kalau bukan kita yang bangga dengan pencapaian kita sendiri, lalu siapa lagi? Ya kan?

Dan, yang jelas, bos yang memicu sikap minder anak buahnya itu, mungkin aja, bos yang toxic. Bos yang sebaiknya tidak kita jadikan teladan. 

Apakah afirmasi pencapaian diri itu perlu?

Hidup ini bisa sederhana atau pun rumit. Semua tergantung cara berpikir kita. 

Karena itu, mungkin, kita bisa melihat diri kita sendiri dan nggak membandingkan diri kita dengan orang lain. 

Karena jika kita nggak berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain, hasilnya ada dua. Gagal atau sukses. 

Dan, kedua hasil ini bisa jadi pengalaman yang menyakitkan jika kita alami semua prosesnya. 

Sebut aja, seekor kodok yang membandingkan diri dengan ayam. Hingga ia meniru ayam dan makan makanan ayam. Alhasil, kodok ini mati. Ia nggak bisa meniru gaya hidup ayam yang berbeda dengan dirinya.

Lalu, ada juga seekor anak ayam yang meniru bebek. Ia berenang ke sana kemari meniru bebek. Anak ayam itu berhasil berenang. Tapi, apakah anak ayam lantas berubah jadi anak bebek?

Oke, anggap aja, jika kamu kuat, mungkin, kamu sukses meniru orang lain seperti anak bebek. Tapi, pertanyaannya, apakah kamu siap menjadi bebek untuk selamanya?

Bukankah jika kamu memilih untuk menjadi diri orang lain, kamu akan menyesal? Menyesal karena kehilangan diri sendiri untuk mencari afirmasi orang lain.

Padahal menjadi ayam pun, bukan masalah. Ayam masih berguna bagi mahluk lain. Nggak perlu malu jadi ayam.

Dan, seperti ayam, aku percaya bahwa tiap diri kita mampu mencapai sesuatu hal. Sesederhana apa pun. Sesederhana mencuci piring sendiri setelah makan atau membuang sampah pada tempatnya.

Bagiku, bangga dengan pencapaian sederhana dalam hidup itu adalah sebuah perayaan diri dari perjuangan mengubah perilaku diri yang sebelumnya, seperti: bangun pagi, minum air putih, olahraga, dan lain-lain.

Rasa bangga yang aku pikir merupakan afirmasi diri agar lebih semangat melakukan perubahan diri yang positif.

Lalu, apa aja sih Pencapaian diri yang sederhana itu?

Menurutku sih, pencapaian sederhana diri sendiri adalah semua aksi perubahan kecil dan nyata yang kita lakukan secara konsisten dan penuh kesadaran. Nggak ada paksaan dari orang lain.

Perubahan ini, aku pikir, dapat mengubah dunia jika dilakukan oleh semua orang. Gerakan kecil yang dimulai dari diri sendiri adalah langkah besar perubahan dunia.

Bukankah perubahan positif di dunia ini dimulai dari diri sendiri? Bukankah langkah besar yang dilakukan oleh seseorang dimulai dari langkah kecil yang dilakukan secara rutin dan bersama-sama?

Contohnya ya seperti bangun pagi yang bisa bikin kita sehat dan bugar. Karena dengan bangun pagi, kita akan berusaha untuk tidur tidak larut. Tubuh pun dapat beristirahat dengan baik.

Lalu, saat bangun pagi, kita dapat menghirup udara pagi yang segar, berolahraga, mengerjakan pekerjaan dengan badan dan pikiran yang segar, karena tubuh terkena sinar matahari pagi.

Dan, kebaikan dari kebiasaan positif bangun pagi pun berlanjut, seperti datang ke tempat kerja atau sekolah tidak terlambat, tidak mengantuk saat kerja, dan lain-lain.

Aku dapat membayangkan jika kesadaran diri atas rasa bangga dengan pencapaian sederhana diri sendiri sudah mengakar di hati, setiap orang pasti memiliki jati diri yang baik.

Kenapa harus bangga dengan pencapaian sederhana diri sendiri?

Alasannya adalah sederhana. Kita harus bangga dengan pencapaian sederhana diri sendiri, karena butuh keberanian dan kekuatan hati untuk melakukan perubahan diri. 

Dan, itu adalah pencapaian sederhana diri sendiri yang luar biasà.

Ah, aku ingat sekali bagaimana sulitnya untuk belajar bangun pagi. Perilaku sederhana yang mengubah diri kita.

Contohnya seperti seorang siswa yang sering terlambat, karena bangun kesiangan. Setelah aku ajak bicara, ia pun berusaha untuk bangun pagi. 

Meskipun siswa ini terkadang masih datang telat, aku tahu ia sudah berusaha keras untuk bangun pagi dengan kesibukannya di rumah. Dan, aku sangat menghargai usaha siswaku ini.

Aku paham bahwa perjuangan untuk mengubah diri kita sendiri adalah usaha seumur hidup. 

Bagi seorang guru sepertiku, usaha membangkitkan kesadaran anak yang masuk dalam ranah pembelajaran deep learning, mindful, adalah tugas besar yang butuh kerjasama semua pihak.

Seperti yang disampaikan oleh Pak Yusuf dalam workshop tanggal 25 Juli 2025 kemarin.

Saat kesadaran diri dalam belajar sudah muncul, maka anak-anak atau diri kita dapat diajak untuk mengikuti proses belajar yang meaningful dan joyful. 

Dan, bangga dengan pencapaian sederhana diri sendiri merupakan bentuk rasa percaya diri yang dapat menguatkan kita untuk terus bertumbuh.