Search This Blog

Sunday, October 12, 2025

Theresia Dwiaudina Sari Putri: Bidan Desa Pertama dari Desa Uzuzozo, Ende

theresia-dwiaudina-sari-putri-bidan-desa-pertama dari-desa-uzuzozo-ende-nttSumber gambar: Instagram @theresiadwiaudn_


Mengulik kisah luar biasa dari orang-orang hebat adalah proses belajar untuk menyadari bahwa semua orang bisa berbuat lebih untuk negeri ini.

Seperti sosok pejuang kesehatan dari timur yang menjadi kebanggaan Desa Uzuzozo, Ende, Nusa Tenggara Timur ini. Theresia Dwiaudina Sari Dewi. 

Perempuan yang akrab dipanggil Dini ini sukses meraih Apresiasi 14th Satu Indonesia Award 2023 kategori bidang kesehatan. Penghargaan ini diberikan pada Dini atas kontribusinya sebagai bidan desa pertama di Desa Uzuzozo, Ende.

theresia-dwiaudina-sari-putri-bidan-desa-pertama dari-desa-uzuzozo-ende
Sumber gambar: 
https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com

Theresia Dwiaudina Sari Putri: Bidan Desa Pertama di Uzuzozo, Ende 

Awalnya, bagi Dini,  menggeluti bidang kesehatan hanya untuk mengikuti harapan orang tuanya. Namun, setelah lulus STIKes di Surabaya di tahun 2017, ia pun mulai mengabdikan dirinya sebagai bidan desa pertama di Desa Uzuzozo, Ende.

Dalam sebuah wawancara dengan podcast Orang Kita, Dini menyampaikan tentang pengalamannya sebagai seorang tenaga kesehatan pertama di desa terpencil yang jaraknya cukup jauh dari Ende. Sekitar dua jam perjalanan.

Hal itulah yang jadi alasan tenaga kesehatan enggan bertugas di sana. Selain letak geografis Desa Uzuzozo yang berada di kawasan perbukitan, hutan, dan sejumlah sungai besar yang sering meluap, penolakan dari warga desa pun jadi tantangan tersendiri bagi bidan desa yang lulus S1 Kebidanan STIKes Bakti Utama Pati tahun 2023 ini. 

Namun, semangat perempuan muda ini nggak pernah surut. Dini rela memberikan layanan kesehatan terpadu buat warga desa. Dengan motornya, setiap hari ia berkeliling untuk menemui warga yang membutuhkannya.

Ia memberikan konsultasi ibu hamil, wawancara medis, pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah serta cek kehamilan dan layanan kesehatan lainnya.

theresia-dwiaudina-sari-putri-bidan-desa-pertama dari-desa-uzuzozo-ende-nttSumber gambar: 
https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com

Tantangan Selama menjadi Bidan di Desa Uzuzozo, Ende 

Letak geografis Desa Uzuzozo yang cukup terpencil dan jalanan yang ekstrem membuat  layanan dan informasi kesehatan cukup sulit diakses. Sehingga, Dini harus berusaha mengedukasi warga desa tentang kesehatan dan pendidikan.

Dan, warga desa juga menganggap saat ibu hamil, cukup suami yang tahu. 

Masalah lainnya, ibu-ibu di desa masih belum terbiasa memeriksakan kehamilan di fasilitas kesehatan. Mereka lebih suka melahirkan di rumah. Akibatnya, risiko kematian ibu dan bayi pun cukup tinggi.

Untuk itu, Dini nggak bisa bergerak sendiri. Ia mengajak dukun beranak, Theresia Jija (75 tahun) yang sudah berpengalaman puluhan tahun untuk bekerja sama. 

"Saya bilang, kita bisa kolaborasi. Saya bantu ibu hamil ketika persalinan dan mama dukun bantu urus anak. Jadi kerja mama juga lebih ringan," ungkapnya. 

Upaya pun membuahkan hasil. "Dukun itu sekarang jadi mata-mata. Ia yang bilang kalau ada ibu yang hamil," katanya sambil tersenyum.

Ibu hamil di desa pun mulai percaya untuk memeriksakan kehamilan dan melahirkan di fasilitas kesehatan. Salah satunya adalah Susilia Muku, 39 tahun, yang melahirkan anak ke-tujuh di fasilitas kesehatan di tahun 2018.

Selain itu, Dini bukan hanya mengurusi ibu hamil dan melahirkan, tapi juga menjadi penggerak bagi warga tentang pentingnya pola asuh anak, gizi seimbang, imunisasi, dan sanitasi. 

Usaha Membawa Perubahan di Desa Uzuzozo 

Dalam usahanya melayani imunisasi anak, misalnya, Dini memiliki trik untuk mengalahkan mitos bahwa jarum bekas menyuntik pasien harus ditancapkan di pohon pisang.

Dini pun mengikuti aturĂ n tersebut. Namun, ia pun segera mencabut jarum suntik dari pohon setelah mama pasien pergi. Hal ini untuk mencegah jarum digunakan untuk mainan oleh anak-anak.

Upaya ini Dini lakukan sebagai penggerak perubahan kesehatan nggak hanya di Desa Uzuzozo, tapi desa-desa sekitarnya. 

Dini juga menceritakan bagaimana ia yang sebagai bidan desa sekaligus tenaga kesehatan satu-satunya berusaha menyukseskan program kesehatan ibu dan anak. 

Program yang mencakup pencegahan stunting, revolusi KIA, dan menurunkan angka kematian ibu dan anak. 

Syukurlah, Dini telah sukses membawa perubahan bagi desa dengan penurunan angka stunting sekitar 80%. 

Dan, sebagai satu-satunya petugas kesehatan di desa, Dini melayani semua hal yang terkait dengan kesehatan. Pelayanan yang diberikan pada warga mencakup kesehatan ibu dan anak, anak sekolah, lansia, jambanisasi, pendidikan, dan sosial. 

Bahkan, Dini pun ikut membantu menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat, seperti penyelesaian masalah warga yang belum memiliki jamban.


theresia-dwiaudina-sari-putri-bidan-desa-pertama dari-desa-uzuzozo-ende
sumber gambar: Instagram @theresiadwiaudn_


Pencapaian dan Keberlanjutan Program setelah Menerima Penghargaan 

Setelah mendapatkan penghargaan Satu Indonesia Award, Dini tetap melakukan pelayanan kesehatan seperti biasa. Ia pun telah melakukan kaderisasi petugas kesehatan yang membantunya dalam aktivitas pelayanan masyarakat. Selain itu, Dini juga telah mengelola dana apresiasi Astra untuk memberikan layanan yang lebih baik pada warga desa. 

Saat ditanya apa yang ia inginkan, Dini menyampaikan keinginannya untuk melanjutkan pendidikan S2. Keinginan yang di tahun ini tercapai. Sekarang, Dini tercatat sebagai penerima beasiswa  S2 di Universitas Indonesia. 

Pencapaian yang ia raih ini adalah upayanya untuk mempersiapkan diri agar dapat melayani desa dalam skala yang lebih luas. 

Anak muda, menurutnya, harus memikirkan apa yang dapat diberikan pada negeri ini tanpa memikirkan imbalan. Seperti dirinya, ia hanya berpikir untuk mengabdi pada masyarakat. Ia nggak mengira dirinya akan memperoleh apresiasi astra tahun 2023 dan beasiswa LPDP di tahun 2025.


Referensi:

https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com/2024/artikel/8862/

https://instagram.com/theresiadwiaudn_



No comments:

Post a Comment