Hello, friends. Hari ini aku akan ceritakan lanjutan kisah the Wonderful Story of Henry Sugar and six more. Sekarang cerita yang keempat ya. Judulnya adalah The Swan.
Cerita ini tentang bullying yang sering terjadi di sekitar kita. Tentang bully yang lahir dari keluarga yang kurang harmonis. Konsepnya sih perundung atau bully pun sebenarnya adalah korban.
Okey, yuk kita baca ceritanya agar nggak penasaran.
The Swan dalam review buku the wonderful story of Henry sugar and six more bagian keempat
Hari itu, Ernie berulang tahun yang ke-15. Ayahnya memberi hadiah sebuah senapan. Lalu, ayahnya yang juga sopir truk itu memintanya untuk berburu kelinci.
"Kau juga bisa mendapatkan burung kecil. Mereka mudah untuk diburu.." begitu kata ayah Ernie. Ibu yang mendengarnya berusaha mencegah, tapi ayah membentaknya dengan kasar.
Lalu, Ernie pun pergi membawa senapan dan sekotak peluru. Ia berjalan menuju rumah Raymond, temannya.
Ernie adalah anak bertubuh besar untuk anak seusianya. Mulutnya sering berair, karena ia terbiasa dengan kekerasan dalam keluarganya. Matanya yang kecil tampak berdekatan. Sehingga terlihat seperti selalu mengerenyit.
Bersama Raymond dan sekumpulan anak-anak bandel, Ernie sering mengganggu anak-anak yang ukurannya lebih kecil dari mereka.
Setelah memanggil Raymond, kedua bocah besar itu melangkah ke hutan. Mereka menembak beberapa burung kecil, hingga terkumpullah 14 ekor burung kecil.
Kemudian, mereka pun melihat seorang anak dengan teropongnya. Ia adalah Peter Watson. Seorang anak dengan bintik-bintik di hidungnya. Ia anak yang pintar, hinggĂ di umur ke-13 Peter sudah di kelas senior. Tingkah lakunya sopan dan lembut. Berbeda dengan mereka berdua.
Dan, ini menimbulkan niat usil di pikiran Raymond. Ia pun berbisik pada Ernie. Mendengarnya, bibir Ernie menyeringai. Ia pun mengangkat senapannya.
"Angkat tanganmu."
Tubuh Peter diam. Perlahan ia menoleh. Peter sadar dengan dua anak nakal di hadapannya. Tidak ada yang bisa ia katakan untuk menyadarkan kedua anak bermasalah ini. Ia hanya bisa mengikuti keinginan mereka hingga ia punya kesempatan melarikan diri.
Begitu pun saat kedua anak nakal itu menyuruhnya mengangkat tubuh seekor burung yang mereka tembak di tengah danau. Dengan air mata mengalir di pipi dan kaki yang berlumpur, Peter mengikuti perintah kedua berandal kecil itu.
Peter begitu marah pada dirinya sendiri. Ia berusaha melawan. Tapi, kedua bocah bandel itu memukulinya. Tidak puas, mereka mengikat tangan dan kakinya dan menyeret tubuh kecil Peter. Dengan tega, mereka mengikat tubuh kecil itu di rel kereta api.
Tak berhenti sampai di situ, kedua anak itu membiarkannya terikat di atas rel kereta api. Peter berusaha untuk menggerakkan kepalanya. Ia berpikir, jika kepalanya dapat lebih rendah lagi ke tanah, maka ia akan selamat.
Dan, suara getaran pelan pun terdengar. Perlahan, suara dan getaran itu makin kuat memekakkan telinga Peter. Ia memejamkan matanya.
Lalu, apakah yang akan terjadi pada Peter? Apakah ia akan selamat?
Penasaran? Yuk baca bareng..
Penulis. : Roald Dahl
Tebal buku : 216 halaman
Sumber buku : archive.org
Genre buku. : fiction